Rabu, 27 Januari 2016

Melongok Sushi ala Kaki Lima

Kota Makassar terkenal dengan 1001 macam kuliner, jajanan khas akan banyak dijumpai di sini. Meluber bak jamur ditengah musim hujan. Berbondong-bondong kafe maupun tempat makan bermunculan. Pandangan saya, boleh jadi, daya minat masyarakat akan jajanan khas di kota ini meningkat. Ataupun memang, karena faktor kota Makassar menjadi pasar yang menjanjikan bagi pelaku usaha kuliner.

Pandangan klasik namun tidak bisa dikatakan awam. Hehehe

Menyoal tentang jajanan khas, tentu teman-teman mahfum bahwa jajanan khas Jepang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Di kota daeng sendiri, jajanan dari negeri sakura tersebut tak sulit ditemui, karena hampir setiap restoran memiliki menu yang menawarkan sushi, ramen, udon, maupun yang lain. Jangan tanya soal harga, sebab makanan di restoran memang tak ada yang murah.

Namun tahukah, jika teman-teman bertandang ke Sushi Bizkid, harga mungkin tak lagi menjadi masalah. Berbekal kreativitas, muncul sebuah inovasi bahwa makanan khas Jepang, tidak lagi hanya di peruntukkan bagi kaum menengah keatas.
***
Malam itu, seperti biasanya, kedai Sushibizkid sedang ramai oleh pelanggan. Beberapa mobil baris teratur, laju motor hilir-mudik bergantian, sebagian orang serius bercengkerama, dan sebagiannya lagi menikmati menu hidangan. Angin malam sedikit berhembus, sehingga menerbangkan aroma Sushi khas Subiz. Subiz adalah singkatan dari Sushibizkid. Di balik gerobak bercat cokelat, seorang wanita berjilbab biru sedang khusyuk mencatat pesanan pelanggan.

Semua tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Saya lantas menduduki kursi yang tak bertuan sembari membenarkan jilbab yang terkoyak helm. Kursi itu sedikit kusandarkan rapat ketembok agar posisi duduk bisa lebih senggang dan tidak terlalu mepet ke meja.

Sedikit kuceritakan kepada teman-teman, Sushibizkid adalah sebuah kedai yang dirintis oleh seorang lelaki yang bertubuh jangkung dengan perpaduan warna kulit sawo matang. Senyumnya ramah seperti namanya. Tangan kanannya tak pernah lepas dari rokok eletrik. Lelaki itu bernama Muhammad Ashari Ramdhan. Ia akrab disapa papbiz (Papa Bizkid). Bersama istrinya, usaha kedainya ini menawarkan menu jajanan khas Jepang, yakni Sushi.

Konsepnya yang mereka jalankan cukup unik menurut saya. Kedai ini dihadirkan dengan konsep Sushi Yatai, menu yang disajikan diatas gerobak. Pun lokasinya tak sulit ditemukan, karena letaknya berdekatan dengan Masjid H.M. Asyik dibilangan A.P. Pettarani, pusat kawasan bisnis di kota Makassar. Tak ada bangunan mewah yang teman-teman temui disana semacam dinding kaca ataupun rumah makan bertingkat, tak ada. Hanya ada sebuah teras memanjang yang diramaikan oleh jejeran kursi dan meja. Atapnya hanya ditopang oleh beberapa pilar yang terbuat dari kayu hitam namun kokoh. Jika malam menyapa, lampion yang saling bergelantungan di langit-langit atap memberi terang seisi teras. Konsepnya memang dibuat ala kaki lima, lebih santai dan jauh dari nuansa formal.

Di sekitar kedai teras itu, berdiri bangunan tua yang digunakan untuk aktivitas belajar mengajar kampus. Bangunannya nampak kusam, tak terawat. Rumput liar tumbuh bebas. Jika angin menerjang, rumput itu terlihat menari-nari di depan bangunan. Saya sendiri tidak mengetahui nama perguruan tinggi swasta yang acapkali beraktivitas di bangunan tersebut.

Urusan menu, Sushibizkid menawarkan beberapa menu sushi dengan harga yang terbilang ramah dompet yakni mulai sepuluh ribu hingga dua puluh lima ribu rupiah. Menu sushi yang ditawarkanseperti Summer Roll, Chicken Katsu Teriyaki, Tuna Cheese Roll, Dragon Cheese Roll, Bizkid Roll, Shinji Kagawa Roll, Katsu Tobiko, Unagi Crunchy, Monster Roll, serta California Roll. Ada pula jajanan yang berbahan dasar Mie, seperti Ramen dan Udon.

Pesanka, Dragon Cheese Roll sama Ice Chocolate nah.” Ucap sayakepada seorang waiter. Lalu, tak lama berselang, seorang pria berambut pendek dengan tinggi sekitar seratus tujuh puluh senti menghampiri meja duduk saya sembari membawa sepiring Dragon Cheese Roll beserta segelas Ice Chocolate. Sekilas, Dragon Cheese Roll ini mirip dengan lemper. Berbahan dasar nasi yang kemudian digulung namun berisi chicken katsu dengan Grilled Salmon sebagai topingnya yang ditambah dengan lelehan keju serta taburan Crunchy.

Suasana malam kian ramai dengan alunan musik pop papan atas. Sembari meneguk sedikit demi sedikit Ice Chocolate yang telah dipesan, saya mengeluarkan telepon seluler dari tas untuk mengecek pesan yang masuk. Beberapa orang teman baru saja datang dan membuka obrolan ringan.

Oh iya, selain dijadikan sebagai tempat nongkrong bagi anak muda, Subiz juga sudah menjadi tempat berkumpulnya penggiat-penggiat komunitas kreatif yang ada di kota Makassar. Biasanya mereka berkumpul untuk melakukan rapat atau hanya sekedar untuk saling bertukar pendapat. Beberapa komunitas yang saya ketahui sering berkumpul di tempat ini, yakni komunitas sosial seperti Pajappa, komunitas Yicam Makassar, serta komunitas Stand Up Comedy.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Traveller | Owlry Template by Ipietoon Cute Blog Design