Kota
Makassar terkenal dengan 1001 macam kuliner, jajanan khas akan banyak dijumpai
di sini. Meluber bak jamur ditengah musim hujan. Berbondong-bondong kafe maupun tempat makan bermunculan. Pandangan saya, boleh jadi, daya minat
masyarakat akan jajanan khas di kota ini meningkat. Ataupun memang, karena
faktor kota Makassar menjadi pasar yang menjanjikan bagi pelaku usaha kuliner.
Pandangan
klasik namun tidak bisa dikatakan awam. Hehehe
Menyoal
tentang jajanan khas, tentu teman-teman mahfum bahwa jajanan khas Jepang sudah
tidak asing lagi di Indonesia. Di kota
daeng sendiri, jajanan dari negeri sakura tersebut tak sulit ditemui,
karena hampir setiap restoran memiliki menu yang menawarkan sushi, ramen, udon,
maupun yang lain. Jangan tanya soal harga, sebab makanan di restoran memang tak
ada yang murah.
Namun
tahukah, jika teman-teman bertandang ke Sushi Bizkid, harga mungkin tak lagi
menjadi masalah. Berbekal kreativitas, muncul sebuah inovasi bahwa makanan khas
Jepang, tidak lagi hanya di peruntukkan bagi kaum menengah keatas.
***
Malam
itu, seperti biasanya, kedai Sushibizkid sedang ramai oleh pelanggan. Beberapa
mobil baris teratur, laju
motor hilir-mudik bergantian, sebagian orang serius bercengkerama,
dan sebagiannya lagi menikmati menu hidangan. Angin malam
sedikit berhembus, sehingga menerbangkan aroma Sushi khas Subiz. Subiz adalah singkatan dari Sushibizkid. Di balik
gerobak bercat cokelat, seorang wanita berjilbab biru sedang khusyuk mencatat
pesanan pelanggan.
Semua tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Saya
lantas menduduki kursi yang tak bertuan sembari membenarkan jilbab yang
terkoyak helm. Kursi itu sedikit kusandarkan rapat ketembok agar posisi duduk
bisa lebih senggang dan tidak terlalu mepet ke meja.
Sedikit
kuceritakan kepada teman-teman, Sushibizkid adalah sebuah kedai yang dirintis
oleh seorang lelaki yang bertubuh jangkung dengan perpaduan warna kulit sawo
matang. Senyumnya ramah seperti namanya. Tangan kanannya
tak pernah lepas dari rokok eletrik. Lelaki itu bernama Muhammad Ashari
Ramdhan. Ia akrab disapa papbiz (Papa Bizkid). Bersama istrinya, usaha kedainya
ini menawarkan menu jajanan khas Jepang, yakni Sushi.
Konsepnya
yang mereka jalankan cukup unik menurut saya. Kedai ini
dihadirkan dengan konsep Sushi Yatai, menu
yang disajikan diatas gerobak. Pun lokasinya tak sulit ditemukan, karena
letaknya berdekatan dengan Masjid H.M.
Asyik dibilangan A.P. Pettarani, pusat kawasan
bisnis di kota Makassar. Tak ada bangunan mewah yang teman-teman temui disana
semacam dinding kaca ataupun rumah makan bertingkat, tak ada. Hanya
ada sebuah teras memanjang
yang diramaikan oleh jejeran kursi dan meja. Atapnya hanya ditopang oleh
beberapa pilar yang terbuat dari kayu hitam namun kokoh. Jika malam menyapa,
lampion yang saling bergelantungan di langit-langit atap memberi terang seisi
teras. Konsepnya
memang dibuat ala kaki lima, lebih santai dan jauh dari nuansa formal.
Di
sekitar kedai teras itu, berdiri bangunan tua yang digunakan untuk aktivitas
belajar mengajar kampus. Bangunannya nampak kusam, tak terawat. Rumput liar
tumbuh bebas. Jika angin menerjang, rumput itu terlihat menari-nari di depan
bangunan. Saya sendiri tidak mengetahui nama perguruan tinggi swasta yang
acapkali beraktivitas di bangunan tersebut.
Urusan menu, Sushibizkid menawarkan beberapa menu sushi dengan harga yang terbilang ramah dompet yakni mulai sepuluh ribu hingga dua puluh lima ribu
rupiah. Menu sushi yang ditawarkanseperti
Summer Roll, Chicken Katsu Teriyaki, Tuna
Cheese Roll, Dragon Cheese Roll, Bizkid Roll, Shinji Kagawa Roll, Katsu Tobiko,
Unagi Crunchy, Monster Roll, serta
California Roll. Ada pula jajanan yang berbahan dasar Mie, seperti Ramen
dan Udon.
“Pesanka, Dragon Cheese Roll sama Ice
Chocolate nah.” Ucap sayakepada seorang waiter.
Lalu, tak lama berselang, seorang pria berambut pendek dengan tinggi sekitar
seratus tujuh puluh senti menghampiri meja duduk saya sembari membawa sepiring Dragon Cheese Roll beserta segelas Ice Chocolate. Sekilas, Dragon Cheese Roll ini mirip dengan
lemper. Berbahan dasar nasi yang kemudian digulung namun berisi chicken katsu dengan Grilled Salmon sebagai topingnya yang
ditambah dengan lelehan keju serta taburan Crunchy.
Suasana
malam kian ramai dengan alunan musik pop papan atas. Sembari meneguk sedikit
demi sedikit Ice Chocolate yang telah
dipesan, saya mengeluarkan telepon
seluler dari tas untuk mengecek pesan yang masuk. Beberapa orang teman baru
saja datang dan membuka obrolan ringan.
Oh
iya, selain dijadikan sebagai tempat nongkrong
bagi anak muda, Subiz juga sudah menjadi tempat berkumpulnya
penggiat-penggiat komunitas kreatif yang ada di kota Makassar. Biasanya mereka
berkumpul untuk melakukan rapat atau hanya sekedar untuk saling bertukar
pendapat. Beberapa komunitas yang saya ketahui sering berkumpul di tempat ini,
yakni komunitas sosial seperti Pajappa, komunitas Yicam Makassar, serta
komunitas Stand Up Comedy.
0 komentar:
Posting Komentar